Sunday, March 17, 2013

Kegiatan Survei Lapangan dengan Modal Rp.15.000

Kamis, 7 Februari Tahun 2013, Kami kelompok kuda melakukan perjalanan menuju Kota Tua yang letaknya di Jakarta Selatan, yang bermaksud untuk mengobservasi tentang kegiatan masyarakat dalam berwirausaha dengan biaya perjalanan yang relatif kecil. Kami mengumpulkan uang masing-masing per orang sebesar Rp. 15.000. awal perjalanan kami, kami start dari kos kosan menuju terminal lebak bulus dengan menaiki kendaraan angkot yang tujuan pamulang-lebak bulus. Setiba kami dilebak bulus kami langsung membeli tiket untuk melanjutkan perjalanan kami menuju kota tua dengan mengendarai Bus. Dan alhamdulillah selama perjalanan kami tidak menemukan kendala yang serius, hanya saja perjalanan yang memakan waktu lama, oleh karena jakarta dikenal dengan kemacetan lalu lintas. Kami kelompok kuda selalu berkaloborasi didalam melakoni kegiatan, baik bersifat pembelajaran maupun diluar dari pembelajaran.


Kota Tua merupakan tempat bersejarah yang sangat indah, dengan bentuk bangunan yang tua dan warna yang biasa, tetap saja kota tua selalu menjadi panorama yang indah. Ini dibuktikan banyaknya masyarakt lokal itu sendiri yang mengunjungi tempat tersebut. Bukan saja masyarakat lokal, bahkan touris Asing pun ikut meramaikan dan melihat keindahan dari pada tempat tersebut. Tempat bersejarah ini harus tetap dilestarikan, karena merupakan simbol dari pada budaya kota setempat. Dalam hal ini pemerintah setempat harus  selalu merawat dan mengembangkan sautu pola ataupun metodologi bagaimana masyrakat lokal selalu memiliki rasa cinta dan peduli terhadap keberlanjutan dari pada keidndahan dari kota dan bagaimana pemerintah mempublikasikan sehingga para tamu terutama touris asing selalu berdatangan.
Kami tiba pada tempat tersebut pada pukul setengah empat, kami langsung beribadah ke tempat musholla, agar kegitan yang kami lakukan senantiasa dilindungi dan diberikan kemudahan oleh Allah SWT. Setelah beribadah perut kami pada keroncongan, karena pada saat kami berangkat dari koskosan kami semua belum melakukan sarapan pagi, sehingga pada saat itu kami mencari tempat makan, dan akhirnya kami mendapatkan tempat makanan yaitu rombong Gado-gado. Kemi kelompok kuda sangat menikmati makanan tersebut, oleh karena rasanya yang enak dan membuat kami tetap bersemangat dalam melaksanakan tugas kami yakni survei lapangan.
Bukan saja itu, kami sempat melakukan wawancara dengan si penjual gado2 tersebut. Bapak sopian adalah namanya. Bapak sopian merupakan penduduk jawa yang beralamat di Kabupaten Brebes Propinsi Jawa Tengah, Umur 38 Tahun,  Telah melakoni usaha dengan profesi sebagai penjual gado-gado.Dengan gaya rambutnya yang panjang, bapak sopian juga selalu bersemangat dalam melakoni kegiatanya, dan tetap melayani pelanggan dan tamunya dengan baik dan sopan. Bapak Sopian telah melakoni usaha ini sudah 10 tahun lamanya dan Alhamdulillah rata-rata keuntungan 1 hari bisa mencapai 100 s.d. 200 ribu perhari, oleh kerena usahanya tersebut milik sendiri. Kalau dikalkulasikan dalam 1 bulan, keuntungan dari hasil penjualan bisa mencapai 3 juta sampai 6 juta. Wowww sungguh luar biasa, dengan keterbatasannya dan hidup mengontrak bapak sopian mampu membiayai keluarganya dengan hanya menjual gado-gado tersebut.
Selesai kami wawancara dengan Bapak Sopian kami berlanjut mengelingi Kota Tua dengan mencari pedagang lainnya.
Gambar dibawah ini merupakan gambar hasil wawancara kami yang kedua. Pedagang Yang berprofesi sebagai pedagang Kopi. setiap hari bapak ini menjualkan kopinya kepada siapa saja yang memesan dan ingin merasakan hangatnya kopi sambil menikmati keindahan dari Kota Tua. Pedagang ini bernama Bapak Andi lahir di Pekalongan Jawa tengah dengan Umur 40 Tahun dan telah melakoni usaha ini selama 4 tahun. Keuntungan yang didapat oleh bapak Andi setiap harinya tidak tentu, kadang 1 hari bisa meraih keuntungan lebih kurang Rp.50.000 dan terkadang juga meraih keuntungan sebesar Rp.100.000. Bapak dua anak ini bercerita bahwasannya dalam mencari uang sangatlah susah, dan harus menbutuhkan rasa semangat dan kerja keras. Jadi terkadang hanya menjual kopi saja, saya sudah bisa menghidupi istri dan anak-anak saya dirumah. Selama 4 tahun dijakarta bapak Andi belum mempunyai rumah sendiri, hanya mengontrak salah satu kontrakan yang ada disekitar rumah tua tersebut.
Dibawah ini merupakan foto-foto para pedagang yang berada pada Kota Tua.
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment