Kamis, 7 Februari Tahun 2013, Kami kelompok kuda
melakukan perjalanan menuju Kota Tua yang letaknya di Jakarta Selatan, yang
bermaksud untuk mengobservasi tentang kegiatan masyarakat dalam berwirausaha
dengan biaya perjalanan yang relatif kecil. Kami mengumpulkan uang
masing-masing per orang sebesar Rp. 15.000. awal perjalanan kami, kami start
dari kos kosan menuju terminal lebak bulus dengan menaiki kendaraan angkot yang
tujuan pamulang-lebak bulus. Setiba kami dilebak bulus kami langsung membeli
tiket untuk melanjutkan perjalanan kami menuju kota tua dengan mengendarai Bus.
Dan alhamdulillah selama perjalanan kami tidak menemukan kendala yang serius,
hanya saja perjalanan yang memakan waktu lama, oleh karena jakarta dikenal
dengan kemacetan lalu lintas. Kami kelompok kuda selalu berkaloborasi didalam
melakoni kegiatan, baik bersifat pembelajaran maupun diluar dari pembelajaran.
Kota Tua merupakan tempat bersejarah yang sangat
indah, dengan bentuk bangunan yang tua dan warna yang biasa, tetap saja kota
tua selalu menjadi panorama yang indah. Ini dibuktikan banyaknya masyarakt
lokal itu sendiri yang mengunjungi tempat tersebut. Bukan saja masyarakat
lokal, bahkan touris Asing pun ikut meramaikan dan melihat keindahan dari pada
tempat tersebut. Tempat bersejarah ini harus tetap dilestarikan, karena
merupakan simbol dari pada budaya kota setempat. Dalam hal ini pemerintah
setempat harus selalu merawat dan
mengembangkan sautu pola ataupun metodologi bagaimana masyrakat lokal selalu
memiliki rasa cinta dan peduli terhadap keberlanjutan dari pada keidndahan dari
kota dan bagaimana pemerintah mempublikasikan sehingga para tamu terutama
touris asing selalu berdatangan.
Kami tiba pada tempat tersebut pada pukul setengah
empat, kami langsung beribadah ke tempat musholla, agar kegitan yang kami lakukan
senantiasa dilindungi dan diberikan kemudahan oleh Allah SWT. Setelah beribadah
perut kami pada keroncongan, karena pada saat kami berangkat dari koskosan kami
semua belum melakukan sarapan pagi, sehingga pada saat itu kami mencari tempat
makan, dan akhirnya kami mendapatkan tempat makanan yaitu rombong Gado-gado.
Kemi kelompok kuda sangat menikmati makanan tersebut, oleh karena rasanya yang
enak dan membuat kami tetap bersemangat dalam melaksanakan tugas kami yakni
survei lapangan.
Bukan saja itu, kami
sempat melakukan wawancara dengan si penjual gado2 tersebut. Bapak sopian
adalah namanya. Bapak sopian merupakan penduduk jawa yang beralamat di
Kabupaten Brebes Propinsi Jawa Tengah, Umur 38 Tahun, Telah melakoni usaha dengan profesi sebagai
penjual gado-gado.Dengan gaya rambutnya yang panjang, bapak sopian juga selalu
bersemangat dalam melakoni kegiatanya, dan tetap melayani pelanggan dan tamunya
dengan baik dan sopan. Bapak Sopian telah melakoni usaha ini sudah 10 tahun
lamanya dan Alhamdulillah rata-rata keuntungan 1 hari bisa mencapai 100 s.d.
200 ribu perhari, oleh kerena usahanya tersebut milik sendiri. Kalau
dikalkulasikan dalam 1 bulan, keuntungan dari hasil penjualan bisa mencapai 3
juta sampai 6 juta. Wowww sungguh luar biasa, dengan keterbatasannya dan hidup
mengontrak bapak sopian mampu membiayai keluarganya dengan hanya menjual
gado-gado tersebut.
Selesai kami
wawancara dengan Bapak Sopian kami berlanjut mengelingi Kota Tua dengan mencari
pedagang lainnya.
Gambar dibawah ini
merupakan gambar hasil wawancara kami yang kedua. Pedagang Yang berprofesi
sebagai pedagang Kopi. setiap hari bapak ini menjualkan kopinya kepada siapa
saja yang memesan dan ingin merasakan hangatnya kopi sambil menikmati keindahan
dari Kota Tua. Pedagang ini bernama Bapak Andi lahir di Pekalongan Jawa tengah
dengan Umur 40 Tahun dan telah melakoni usaha ini selama 4 tahun. Keuntungan
yang didapat oleh bapak Andi setiap harinya tidak tentu, kadang 1 hari bisa
meraih keuntungan lebih kurang Rp.50.000 dan terkadang juga meraih keuntungan
sebesar Rp.100.000. Bapak dua anak ini bercerita bahwasannya dalam mencari uang
sangatlah susah, dan harus menbutuhkan rasa semangat dan kerja keras. Jadi
terkadang hanya menjual kopi saja, saya sudah bisa menghidupi istri dan
anak-anak saya dirumah. Selama 4 tahun dijakarta bapak Andi belum mempunyai
rumah sendiri, hanya mengontrak salah satu kontrakan yang ada disekitar rumah
tua tersebut.
Dibawah ini
merupakan foto-foto para pedagang yang berada pada Kota Tua.